Judul : Pasar Siluman di Gunung Slamet
link : Pasar Siluman di Gunung Slamet
Pasar Siluman di Gunung Slamet
Pasar Siluman di Gunung Slamet
Berdiri kokoh di atas 4 kabupaten yakni Purbalingga, Banyumas, Tegal, dan Pemalang, Gunung Slamet menjulang tinggi menembus awan di langit Jawa Tengah. Dari kejauhan, gunung dengan tinggi 3.428 meter di atas permukaan laut itu seolah menantang setiap pendaki untuk menikmati keindahannya.
Sayang, sejak 30 April lalu, hasrat para pendaki untuk menaklukkan gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa itu terpaksa harus dikubur dalam-dalam. Sebab, kondisi Slamet saat ini tidak bersahabat. Setelah petugas menetapkan status Waspada, aktivitas yang terus meningkat membuat petugas meningkatkan kembali statusnya menjadi Siaga III.
Aktivitas yang terus meningkat, membuat cerita-cerita mistik seputar Slamet pun terus berkembang. Salah satu cerita yang santer terdengar yakni tentang pasar siluman.
"Di atas sana ada pasar siluman," kata Ketua Paguyuban Masyarakat Pariwisata Baturraden, Supriyono saat berbincang di lokasi wisata Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (4/5/2014).
Cerita mengenai pasar siluman itu, kata Supriyono, kerap dilontarkan para pendaki. Mereka mengaku melihat ada satu lokasi di track pendakian yang ramai seperti pasar pada umumnya. "Tapi wujudnya tidak ada. Itu kan cerita saja. Biasanya ada di pos 3," kata pria berumur 41 yang akrab disapa Asong ini.
Samsuri, Juru Kunci Gunung Slamet dari Desa Kemeletug Lor, Baturraden membenarkan cerita pasar siluman tersebut. Bahkan pria berumur 85 itu mengaku sering menemukan pasar siluman itu, tapi tak pernah melihat wujudnya dengan mata telanjang.
"Kalau wujudnya itu tidak ada. Hanya seperti ada suara-suara orang ramai. Kayak di pasar umum saja," kata Samsuri dalam bahasa Jawa halus. Indikasi adanya pasar siluman, lanjut Samsuri, juga dapat ditemukan dari sampah-sampah yang berserakan. Seperti daun-daun pembungkus makanan, plastik, dan lain-lain.
Biasanya setiap kali mendaki untuk suatu keperluan, Samsuri kadang menemukan sampah-sampah bekas pasar tersebut. Jika menemukan, Samsuri segera membereskannya. Tapi sebelum membereskan, dirinya akan permisi lebih dulu.
"Saya ngomong, 'ini (pasarnya) sudah selesai belum?' Nanti ada jawaban. Kalau dijawab sudah selesai, saya bersihkan. Tapi kalau belum, saya tidak bersihkan," ungkap Samsuri.
Mencari Peruntungan
Tak cuma itu. Dari penuturan Samsuri, Slamet juga dipercaya membawa suatu keberuntungan atau berkah bagi orang-orang yang meyakininya. Misalnya mereka yang menginginkan sesuatu akan meminta 'petunjuk' dari Slamet.
Kakek bernama lengkap Selamet Samsuri ini menuturkan, di antara mereka yang pernah meminta petunjuk adalah para pejabat.
"Ada yang minta langgeng jabatannya atau minta petunjuk soal kehidupan supaya apa yang diusahakan lancar," kata Samsuri.
Umumnya orang-orang yang meyakini hal itu tidak langsung mendaki ke Slamet. Mereka harus 'permisi' dulu kepada Samsuri dan menyampaikan maksud kedatangannya. Samsuri kemudian menjadi perantara untuk ke Slamet dengan membawa sesaji.
"Datang dulu ke saya, ngasih tahu maksud dan tujuan mereka datang. Nanti saya yang menyiapkan sesaji untuk saya sampaikan ke Slamet," kata kakek 2 cucu ini.
Sayang, sejak 30 April lalu, hasrat para pendaki untuk menaklukkan gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa itu terpaksa harus dikubur dalam-dalam. Sebab, kondisi Slamet saat ini tidak bersahabat. Setelah petugas menetapkan status Waspada, aktivitas yang terus meningkat membuat petugas meningkatkan kembali statusnya menjadi Siaga III.
Aktivitas yang terus meningkat, membuat cerita-cerita mistik seputar Slamet pun terus berkembang. Salah satu cerita yang santer terdengar yakni tentang pasar siluman.
"Di atas sana ada pasar siluman," kata Ketua Paguyuban Masyarakat Pariwisata Baturraden, Supriyono saat berbincang di lokasi wisata Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (4/5/2014).
Cerita mengenai pasar siluman itu, kata Supriyono, kerap dilontarkan para pendaki. Mereka mengaku melihat ada satu lokasi di track pendakian yang ramai seperti pasar pada umumnya. "Tapi wujudnya tidak ada. Itu kan cerita saja. Biasanya ada di pos 3," kata pria berumur 41 yang akrab disapa Asong ini.
Samsuri, Juru Kunci Gunung Slamet dari Desa Kemeletug Lor, Baturraden membenarkan cerita pasar siluman tersebut. Bahkan pria berumur 85 itu mengaku sering menemukan pasar siluman itu, tapi tak pernah melihat wujudnya dengan mata telanjang.
"Kalau wujudnya itu tidak ada. Hanya seperti ada suara-suara orang ramai. Kayak di pasar umum saja," kata Samsuri dalam bahasa Jawa halus. Indikasi adanya pasar siluman, lanjut Samsuri, juga dapat ditemukan dari sampah-sampah yang berserakan. Seperti daun-daun pembungkus makanan, plastik, dan lain-lain.
Biasanya setiap kali mendaki untuk suatu keperluan, Samsuri kadang menemukan sampah-sampah bekas pasar tersebut. Jika menemukan, Samsuri segera membereskannya. Tapi sebelum membereskan, dirinya akan permisi lebih dulu.
"Saya ngomong, 'ini (pasarnya) sudah selesai belum?' Nanti ada jawaban. Kalau dijawab sudah selesai, saya bersihkan. Tapi kalau belum, saya tidak bersihkan," ungkap Samsuri.
Tak cuma itu. Dari penuturan Samsuri, Slamet juga dipercaya membawa suatu keberuntungan atau berkah bagi orang-orang yang meyakininya. Misalnya mereka yang menginginkan sesuatu akan meminta 'petunjuk' dari Slamet.
Kakek bernama lengkap Selamet Samsuri ini menuturkan, di antara mereka yang pernah meminta petunjuk adalah para pejabat.
"Ada yang minta langgeng jabatannya atau minta petunjuk soal kehidupan supaya apa yang diusahakan lancar," kata Samsuri.
Umumnya orang-orang yang meyakini hal itu tidak langsung mendaki ke Slamet. Mereka harus 'permisi' dulu kepada Samsuri dan menyampaikan maksud kedatangannya. Samsuri kemudian menjadi perantara untuk ke Slamet dengan membawa sesaji.
"Datang dulu ke saya, ngasih tahu maksud dan tujuan mereka datang. Nanti saya yang menyiapkan sesaji untuk saya sampaikan ke Slamet," kata kakek 2 cucu ini.
Demikianlah Artikel Pasar Siluman di Gunung Slamet
Sekianlah artikel Pasar Siluman di Gunung Slamet kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan artikel ini.