Judul : Pengalaman Mistis Bekerja di Alam Lelembut
link : Pengalaman Mistis Bekerja di Alam Lelembut
Pengalaman Mistis Bekerja di Alam Lelembut
Pengalaman Mistis Bekerja di Alam Lelembut
Kali(sungai) Bedog yang membelah wilayah Kabupaten Sleman hingga Bantul melewati Kecamatan Gamping mempunyai banyak ceritera misteri yang bisa diungkap, kejadian yang menyangkut alam lelembut dengan dunia nyata. Hal itu dialami langsung Dalijo (bukan nama sebenarnya) yang kalap selama empat puluh hari empat puluh malam di kraton lelembut tetapi bisa selamat kembali.
Adalah kedung Pawon begitu warga sekitar menamakannya, konon karena menyerupai pawon didalamnya ada sebuah luweng(lubang) yang menurut ceritera bisa tembus Laut Kidul yang jaraknya sekitar 40 km arah selatan. Entah benar atau tidak, karena untuk membuktikan sulit dilaksanakan karena air kedung tidak pernah kering.
Warga sekitar tidak ada yang berani mengambil, menangkap atau membawa pulang ikan dari kedung Pawon karena mereka percaya itu adalah kepunyaan yang mbaurekso khawatir kuwalat atau takut diganggu Dalijo warga Gamping yang asli Temanggung, Jawa Tengah, sehari-harinya bekerja sebagai tukang kayu sudah tiga bulan ikut numpang di rumah mertua, maklum baru saja kecanthol cewek di tempatnya bekerja. Siang itu ketika jam istirahat iseng-iseng masang pancing di kali(sungai) Bedog, ketika melalui kedung Pawon ia melihat banyak ikan berkeleleran di situ.
Pikirnya, ini kan rezeki nomplok tidak perlu susah-susah mancing tinggal memasukan kekeranjang yang sudah dibawa. Jadilah Dalijo asyik menangkap dan memasukan ikan-ikan itu kedalam keranjang, tidak terasa hampir penuh sampai ia lupa waktu harus kembali ketempat bekerja. Dalam benak Dalijo, hari ini mujur sekali dapat ikan banyak tidak perlu susah-susah.
Tiba-tiba muncul seseorang yang memegang tangannya dan digelandang masuk keluweng kedung Pawon. Dalam pandangan Dalijo luweng itu lain dari biasanya yang setiap hari hanya ketutupan air. Tetapi ternyata berwujud rumah gedong yang mewah mirip menyerupai keraton, kiri kananya juga banyak berjejer bangunan serupa. Dalijo dijemput seseorang yang memakai pakaian serba hitam lengkap dengan ikat kepala brengosnya(kumis) tebal. Orang itu berniat membeli seluruh ikan yang diperoleh Dalijo berapa pun harganya akan dibayar semua, kemudian ikan-ikan tadi dilepas di sebuah kolam samping rumah dijadikan dengan ikan-ikan yang sudah ada di situ.
Dalijo diberi uang harga sekeranjang ikan, bahkan ia ditawari untuk bekerja di rumahnya yang kebetulan ingin memperbaiki cat tembok yang sudah mulai kusam. Dalam pandangan Dalijo temboknya itu masih kelihatan bagus dan cerah warna putih, tetapi kenapa sudah ingin dicat kembali? Tanpa pikir panjang Dalijo pun menyanggupi, dan mulai hari itu juga ia bekerja di situ sebagai tukang cat, karena setiap hari sebagai tukang kayu maka pekerjaan itu bukan asing lagi bagi dirinya. Tiap hari Dalijo bekerja sendirian tetapi menurutnya pekerjaannya ringan, diberi makan dan dibayar yang menurut ukuran tukang umumnya tiga kali lipat.
Nah, sejak itulah keluarganya bingung karena Dalijo tidak pulang kerumah. Dicari kemana-mana tidak ketemu, sudah diumumkan lewat siaran radio, berita koran dan lewat paranormal tidak ada hasilnya. Sampai empat puluh hari empat malam Dalijo menghilang, keluarganya bahkan sudah membuat selamatan layaknya orang meninggal dunia mulai dari tujuh hari sampai empat puluh harinya ini. Hal ini karena terakhir ada orang yang melihat Dalijo berada di kali Bedog dekat kedung Pawon, bisa dipastikan ia mati kalap di situ.
Dalijo sendiri yang sudah kerasan bekerja di situ, apalagi juragan perempuannya baik sekali. Setiap hari yang menyediakan sarapan,makan siang dan malam selalu menunggui membuat semakin tidak akan meninggalkan tempat itu. Genap hari yang keempat puluh, oleh juragan putri Dalijo diberi upah 40 x Rp 10.000 ditambah uang penjualan ikan satu keranjang Rp 25.000 sehingga semuanya berjumlah Rp 425.000 hampir setengah juta.
Uang sebanyak itu menurut ukuran Dalijo banyak sekali maklum itu kejadian sekitar tahun 1970 an, pikirnya bisa untuk modal membuka warung isterinya. “Kang Dalijo boleh pulang karena saya sudah cukup dan rumahku pun sudah bagus kembali. Pesan saya kalau mau pulang sebelum tujuh langkah jangan menoleh ke belakang kalau ingin selamat sampai di rumah,” begitu tuturnya.
Dalijo sendiri maunya masih ingin bekerja di situ, tetapi mendadak ingat isteri dan keluarganya. Maka ketika disuruh pulang dan sudah diberi uang, hanya manut-manut saja setelah berpamitan ia pun melangkah meninggalkan rumah mewah itu. Begitu habis tujuh langkah ketika ia menoleh kebelakang, apa yang dilihat.
Ternyata ia tidak berada didepan rumah mewah yang menyerupai keraton lagi, tetapi berada ditepi kali Bedog dekat kedung Pawon. Bersamaan itu terdengar orang memanggil-manggil namanya kang Dalijo...kang Dalijo, dan ternyata itu adalah isterinya. Betapa senang hati isterinya, keluarga dan warga kampung dengan kembalinya Dalijo yang sudah empat puluh hari empat puluh malam kalap dikedung Pawon. Uang pemberian dhemit kedung Pawon itu ternyata juga laku dan utuh bisa untuk modal membuka warung, itulah pengalaman yang menyenangkan sekaligus menyeramkan.
Adalah kedung Pawon begitu warga sekitar menamakannya, konon karena menyerupai pawon didalamnya ada sebuah luweng(lubang) yang menurut ceritera bisa tembus Laut Kidul yang jaraknya sekitar 40 km arah selatan. Entah benar atau tidak, karena untuk membuktikan sulit dilaksanakan karena air kedung tidak pernah kering.
Warga sekitar tidak ada yang berani mengambil, menangkap atau membawa pulang ikan dari kedung Pawon karena mereka percaya itu adalah kepunyaan yang mbaurekso khawatir kuwalat atau takut diganggu Dalijo warga Gamping yang asli Temanggung, Jawa Tengah, sehari-harinya bekerja sebagai tukang kayu sudah tiga bulan ikut numpang di rumah mertua, maklum baru saja kecanthol cewek di tempatnya bekerja. Siang itu ketika jam istirahat iseng-iseng masang pancing di kali(sungai) Bedog, ketika melalui kedung Pawon ia melihat banyak ikan berkeleleran di situ.
Pikirnya, ini kan rezeki nomplok tidak perlu susah-susah mancing tinggal memasukan kekeranjang yang sudah dibawa. Jadilah Dalijo asyik menangkap dan memasukan ikan-ikan itu kedalam keranjang, tidak terasa hampir penuh sampai ia lupa waktu harus kembali ketempat bekerja. Dalam benak Dalijo, hari ini mujur sekali dapat ikan banyak tidak perlu susah-susah.
Tiba-tiba muncul seseorang yang memegang tangannya dan digelandang masuk keluweng kedung Pawon. Dalam pandangan Dalijo luweng itu lain dari biasanya yang setiap hari hanya ketutupan air. Tetapi ternyata berwujud rumah gedong yang mewah mirip menyerupai keraton, kiri kananya juga banyak berjejer bangunan serupa. Dalijo dijemput seseorang yang memakai pakaian serba hitam lengkap dengan ikat kepala brengosnya(kumis) tebal. Orang itu berniat membeli seluruh ikan yang diperoleh Dalijo berapa pun harganya akan dibayar semua, kemudian ikan-ikan tadi dilepas di sebuah kolam samping rumah dijadikan dengan ikan-ikan yang sudah ada di situ.
Dalijo diberi uang harga sekeranjang ikan, bahkan ia ditawari untuk bekerja di rumahnya yang kebetulan ingin memperbaiki cat tembok yang sudah mulai kusam. Dalam pandangan Dalijo temboknya itu masih kelihatan bagus dan cerah warna putih, tetapi kenapa sudah ingin dicat kembali? Tanpa pikir panjang Dalijo pun menyanggupi, dan mulai hari itu juga ia bekerja di situ sebagai tukang cat, karena setiap hari sebagai tukang kayu maka pekerjaan itu bukan asing lagi bagi dirinya. Tiap hari Dalijo bekerja sendirian tetapi menurutnya pekerjaannya ringan, diberi makan dan dibayar yang menurut ukuran tukang umumnya tiga kali lipat.
Nah, sejak itulah keluarganya bingung karena Dalijo tidak pulang kerumah. Dicari kemana-mana tidak ketemu, sudah diumumkan lewat siaran radio, berita koran dan lewat paranormal tidak ada hasilnya. Sampai empat puluh hari empat malam Dalijo menghilang, keluarganya bahkan sudah membuat selamatan layaknya orang meninggal dunia mulai dari tujuh hari sampai empat puluh harinya ini. Hal ini karena terakhir ada orang yang melihat Dalijo berada di kali Bedog dekat kedung Pawon, bisa dipastikan ia mati kalap di situ.
Dalijo sendiri yang sudah kerasan bekerja di situ, apalagi juragan perempuannya baik sekali. Setiap hari yang menyediakan sarapan,makan siang dan malam selalu menunggui membuat semakin tidak akan meninggalkan tempat itu. Genap hari yang keempat puluh, oleh juragan putri Dalijo diberi upah 40 x Rp 10.000 ditambah uang penjualan ikan satu keranjang Rp 25.000 sehingga semuanya berjumlah Rp 425.000 hampir setengah juta.
Uang sebanyak itu menurut ukuran Dalijo banyak sekali maklum itu kejadian sekitar tahun 1970 an, pikirnya bisa untuk modal membuka warung isterinya. “Kang Dalijo boleh pulang karena saya sudah cukup dan rumahku pun sudah bagus kembali. Pesan saya kalau mau pulang sebelum tujuh langkah jangan menoleh ke belakang kalau ingin selamat sampai di rumah,” begitu tuturnya.
Dalijo sendiri maunya masih ingin bekerja di situ, tetapi mendadak ingat isteri dan keluarganya. Maka ketika disuruh pulang dan sudah diberi uang, hanya manut-manut saja setelah berpamitan ia pun melangkah meninggalkan rumah mewah itu. Begitu habis tujuh langkah ketika ia menoleh kebelakang, apa yang dilihat.
Ternyata ia tidak berada didepan rumah mewah yang menyerupai keraton lagi, tetapi berada ditepi kali Bedog dekat kedung Pawon. Bersamaan itu terdengar orang memanggil-manggil namanya kang Dalijo...kang Dalijo, dan ternyata itu adalah isterinya. Betapa senang hati isterinya, keluarga dan warga kampung dengan kembalinya Dalijo yang sudah empat puluh hari empat puluh malam kalap dikedung Pawon. Uang pemberian dhemit kedung Pawon itu ternyata juga laku dan utuh bisa untuk modal membuka warung, itulah pengalaman yang menyenangkan sekaligus menyeramkan.
Demikianlah Artikel Pengalaman Mistis Bekerja di Alam Lelembut
Sekianlah artikel Pengalaman Mistis Bekerja di Alam Lelembut kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan artikel ini.